بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Semoga kita semua
dirahmati Alloh SWT.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sedikit
pengalaman tentang kegiatan saya dalam menuntut ilmu di STKIP Al Hikmah.
Hari ini 2 Oktober 2014 kami mendapat pelajaran
yang sangat menarik, yaitu pentingnya bahasa dalam kehidupan sehari-hari
terutama untuk menyampaikan sesuatu, baik berupa materi maupun gagasan.
“Himpunan A yang memiliki anggota di himpunan B”
kata Adi salah seorang mahasiswa yang sedang mempresentasikan materi Irisan.
“Maaf-maaf coba ulangi sekali lagi definisi dari
irisan” tutur Ustadz Zahri salah seorang dosen pembimbing.
“Irisan adalah anggota himpunan yang termasuk
anggota himpunan lain Ustadz” jawab adi.
“Coba kamu buka definisi awal dari Irisan dan baca”
kata Ustadz Zahri.
“ A irisan B adalah himpunan yang beranggotakan x,
sedangkan x merupakan anggota dari himpunan A dan himpunan B” sambil
menampilkan slide tentang Irisan.
Dari kejadian ini kita dapat mengambil pelajaran,
bahwa sebenarnya kita mengetahui dan memahami maksud dari materi tersebut,
namun terkadang kita kesulitan dalam menyampaikan dan menjelaskanya. Hal tersebut disebabkan karena tata bahasa yang
kita gunakan tidak beraturan dan terkadang tidak mengacu pada Definisi awal,
tak jarang kita juga sering mendefinisikan dengan pemahaman dan bahasa kita sendiri,
sehingga membuat orang awam kesulitan dalam memahami maksud dari penjelasan
kita.
Dalam Al-Quran Surat Muhammad Ayat 30 juga
dijelaskan.
Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan
mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan
tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan
perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.
Dalam QS Muhammad, ayat ini berada dalam kelompok
ayat yang sedang berbicara tentang ancaman terhadap orang-orang munafik dan
orang-orang murtad. Kelompok ayat tersebut membentang dari ayat 20 sampai ayat
38. Pada ayat ini (ayat 30), Allah menunjukkan salah satu tanda mereka
(orang-orang munafik) yaitu suka membuat lahn al-qaul. Lahn al-qaul, seperti
kata Muhammad al-Hijâzî dalam al-Tafsîr al-Wâdhih, adalah berkata-kata dengan
kiasan dan sindiran.[16]
Di antara pesan yang dapat diambil dari ayat ini
berkaitan dengan topik tulisan ini adalah bahwa dalam berkomunikasi kita
hendaknya memilih kata-kata yang jelas, mudah dipahami oleh lawan
bicara dan sebisa mungkin menghindari kata-kata yang menimbulkan
pengertian yang tidak sama antara pengucap dan pendengar.
Demikian sedikit pengalaman yang dapat saya
ceritakan, semoga dapat menjadi hikmah dan Multi Level Mu’amalah bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
No comments:
Post a Comment