Hari ini 12 November 2014 saya membaca buku yang sangat menarik yang dipinjam salah seorang teman saya dari perpustakaan yang berjudul "Masuk Islam Karena Al-Quran". Buku ini bercerita tentang orang-orang yang akhirnya memeluk agama islam setelah membaca Al-Quran. Salah satu kisahnya adalah kisah seorang pemuda Yahudi yang masuk islam dan berhasil mengislamkan Jutaan orang di dunia.
Di
suatu tempat di Perancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang
berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim, ia adalah orang tua yang
menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen
dimana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak
bernama "Jad" berumur 7 tahun. Jad si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi
toko tempat dimana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah, setiap kali
hendak keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil
sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.
Pada suatu hari usai belanja,
Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim
memanggilnya dan memberitahu kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat
sebagaimana kebiasaannya. Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak
mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut
jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya. Ibrahim
pun menjawab: "Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil
sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah
sepotong cokelat, itu adalah milikmu!" Jad pun menyetujuinya dengan penuh
kegirangan.
Waktu berlalu, tahun pun berganti dan
Ibrahim yang muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad
si anak Yahudi.
Sudah menjadi kebiasaan Jad saat
menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan
setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari
laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara
acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya,
menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad.
Beberapa tahun pun berlalu dan
begitulah hari-hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang
tua dan tidak berpendidikan tinggi. 14 tahun berlalu,
kini Jad telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan
Ibrahim saat itu berumur 67 tahun. Ibrahim pun
akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang
dititipkan kepada anak-anaknya dimana di dalam kotak tersebut ia letakkan
sebuah buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya.
Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai
hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi.
Jad baru mengetahui wafatnya
Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak, Jad
pun merasa tergoncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena
Ibrahim lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya,
dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya. Hari-haripun
berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia
hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya
tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia
mendatanginya. Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku
itu, akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak
bisa membacanya.
Kemudian ia pergi ke salah seorang
temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar
dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu
memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi.
Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan
menerangkan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa
yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang
dialami Jad kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah
menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai
apa yang ia baca dari kitab tersebut.
Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa
penasaran ini bertanya, "Buku apa ini !?"
Ia menjawab : "Ini adalah Al-Qur'an, kitab
sucinya orang Islam!"
Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,
Jad lalu kembali bertanya: "Bagaimana caranya
menjadi seorang muslim?"
Temannya
menjawab : "Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!"
Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu
mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam!
Jadullah
seorang Muslim.
Kini Jad sudah menjadi seorang
muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani sebagai rasa
takdzim atas kitab Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh
problema hidupnya selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan
menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur'an. Mulailah
Jadullah mempelajari Al-Qur'an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan
berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.
Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran
Al-Qur'an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran
bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua afrika,
nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu
tertuliskan ayat :
((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ...!!))
"Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!!..." (QS. An-Nahl; 125)
Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim
dan ia memutuskan untuk melaksanakannya.
Beberapa waktu kemudian Jadullah
meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang diantaranya
adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani),
Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih
dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zolo, ini baru satu suku, belum
dengan suku-suku lainnya.
Akhir
Hayat Jadullah
Jadullah Al-Qur'ani, seorang muslim sejati, da'i
hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di
negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.
Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya
sempat sakit. Kala itu beliau berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa
berdakwah.
Kisah
pun belum selesai
Ibu Jadullah Al-Qur'ani adalah
seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di
salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua
tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.
Sang ibu bercerita bahwa –saat
putranya masih hidup– ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat
tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai
macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan
tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi.
Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu
melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah
satu-satunya agama yang benar.
Kemudian
yang menjadi pertanyaan: "Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?"
Jadullah Al-Qur'ani bercerita bahwa
Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan
kata-kata: "Hai orang kafir!" atau "Hai Yahudi!" bahkan
Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap: "Masuklah agama islam!"Bayangkan,
selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama,
tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua muslim sederhana itu tak
pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana
menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur'an.
Kemudian dari kesaksian DR. Shafwat Hijazi (salah
seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di
London dalam membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari
kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zolo. Saat
ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur'ani?, ia menjawab; tidak!
namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur'ani.
No comments:
Post a Comment