Ternyata ayat Al-Qur'an bukan 6.666 seperti apa yang diajarkan guru-guru kita ketika kecil dahulu. Setelah melakukan perhitungan diketahui jumlah ayat yang terdapat di
dalam Al-Qur’an sebanyak 6236, dari jumlah ayat tersebut maka didapatlah :
Ayat ke 3118 dan 3119 di dalam
Al-Qura’an adalah surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187. Setelah mengetahui surat
Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187 sebagai mean (quartil 2)
dalam Al-Qur’an, selanjutnya kita dapat menentukan ayat yang menjadi quartil
1 dan quartil 3.
Ayat
ke 1559 dan 1560 di dalam Al-Qura’an adalah surat Hud ayat 86 dan 87
Ayat
ke 4677 dan 4678 di dalam Al-Qura’an adalah surat Adz-Dzaariyaat ayat 2 dan 3
Surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187
sebagai mean (quartil 2) dari Al-Qur’an. Setelah
kita mengetahui ayat yang menjadi mean pada Al-Qur’an, selanjutnya kita dapat
menentukan ayat yang menjadi quartil 1 dan quartil 3.
A.
Quartil
1 dalam Al-Qur’an
Surat Hud ayat 86 dan 87 sebagai quartil
1 terdapat dalam satu bab (kisah pembahasan) yang sama, diawali dari
ayat 84 hingga ayat 88 sebagai berikut:
84
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran
dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik
(mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat)".
85
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
86
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang
yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu"
87
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah
orang yang sangat penyantun lagi berakal".
88
Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti
yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik
(patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu
(dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal
dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
Menurut At-Tabari ayat ini masih
berkenaan dengan beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah nabi Alloh
SWT. Kisah Nabi Syu’aib dan kaum Madyan adalah kisah keenam yang diceritakan
pada surat ini. Kaum Madyan adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di suatu
daerah bernama Ma’an, di pinggir negri Syam. Mereka terdiri atas orang-orang
musyrik. Prilaku hidup mereka sudah mentimpang dari ajaran para nabi sebelum
Nabi Syu’aib. Kecurangan danlam perdagangan sudah dianggap sebagai perilaku
yang lumrah dan rutin. Selanjutnya Alloh SWT mengutus Nabi Syu’aib kepada kaum
Madyan. Kata Nabi Syu’aib, “Hai
kaumku, sembahlah Alloh SWT, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi
takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang
mampu dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari kiamat.” (Tafsir
At-Tabari, jilid XII, 2001 : 537-540).
Dari tafsir At-Tabari maka dapat
ditarik kesimpulan tentang intisari dari ayat tersebut sebagai quartil 1 dalam
Al-Qur’an bahwa kita harus menyembah Alloh SWT sebagai satu-satunya Tuhan
semesta alam, selanjutnya kita dilarang mengurangi takaran dan timbangan
(ukuran).
B.
Quartil
2 (median) dalam Al-Qur’an
Surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187
sebagai median (quartil 2) terdapat dalam satu bab
(kisah pembahasan) yang sama, diawali dari ayat 183 hingga ayat 191 sebagai
berikut:
183
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan;
182
dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
183
Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
dengan membuat kerusakan;
184
dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan
kamu dan umat-umat yang dahulu".
185
Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu
adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,
186 dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia
seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk
orang-orang yang berdusta.
187
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari
langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.
188
Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih
mengetahui apa yang kamu kerjakan".
189
Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka
dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.
190 Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak
beriman.
191
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Menurut At-Tabari pada rangkaian ayat
tersebut Alloh SWT menyajikan kisah tentang Syu’aib bersama kaumnya, penduduk
Madyan. Alloh SWT telah mengutsnya kepada mereka, lalu dia menasehati mereka
agar menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak mengadapkan kerusakan di
muka Bumi, namun mereka mendustakannya. Maka, Alloh SWT menimpakan panas yang
sangat kepada mereka, lalu mereka memasuki lubang-lubang, tetapi suhu di situ
lebih panas dibandingkan di tempat-tempat lainnya, lalu mereka keluar. Kemudian
Alloh SWT memayungkan awan kepada mereka, lalu mereka berkumpul di bawahnya.
Ketika itu Alloh SWT menghujani mereka dengan api, sehingga mereka terbakar
semua. Pada ayat ini dijelaskan larangan Syu’aib kepada mereka agar tidak
merugikan segala hak umum, juga
larangan melakukan kejahatan yang bahayanya sangat besar, yaitu
mengadakan kerusakan di
muka Bumi dengan segala bentuk (Tafsir At-Tabari, jilid XVIII, 2001 :
634).
Intisari dari Tafsir diatas
menceritakan kisah tentang Nabi Syu’aib AS. yang mengajak kaumnya untuk
menyempurnakan takaran, tidak merugikan sesama manusia terutama berbuat
kerusakan dan bertakwa kepada Alloh SWT.
Relasi yang terbentuk antara Quartil 1
dan Quartil 2 (Median) adalah sama-sama menceritakan tentang kisah Nabi Syu’aib
AS. yang mengajak kaumnya untuk menyembah Alloh SWT, menyempurnakan takaran dan
timbangan, serta larangan untuk berbuat kejahatan dan kerusakan di atas Bumi.
C.
Quartil
2 (median) dalam Al-Qur’an
Kemudian ayat yang menjadi quartil
3 dalam Al-Qur’an yakni surat Adz-Dzaariyaat ayat 2 dan 3, yang
terdapat pada satu bab (kisah pembahasan) yang sama, diawali dari ayat 1 hingga
ayat 23 sebagai berikut:
1 Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.
2 dan awan yang mengandung hujan,
3 dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
4 dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi
urusan,
5 sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu
pasti benar.
6
dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.
7 Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,
8 sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan
berbeda pendapat,
9 dipalingkan daripadanya (Rasul dan
Al-Quran) orang yang dipalingkan.
10 Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta,
11
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang
lalai,
12 mereka bertanya: "Bilakah hari
pembalasan itu?"
13 (Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika
mereka diazab di atas api neraka.
14 (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah
azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan".
15 Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu
berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air,
16 sambil menerima segala pemberian Rabb
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat kebaikan.
17
Di dunia mereka sedikit sekali tidur
diwaktu malam.
18 Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi
sebelum fajar.
19 Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
20 Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
21 dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah
kamu tidak memperhatikan?
22 Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.
23 Maka demi Tuhan langit dan bumi,
sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti
perkataan yang kamu ucapkan.
Menurut At-Tabari Firman-Nya “(yaitu)
orang-orang yang terbenam dalam kebodohan dan kelalaian”. Alloh SWT menegaskan
kepada orang-orang yang
larut dalam kesesatan sehingga mereka terus-menerus membangkang terhadap
kebenaran diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Alloh SWT hingga membuat mereka
lalai dan alpa dari kebenaran tersebut.
Yunus meriwayatkan, ia berkata, “Ibnu
Wahab meriwayatkan, ia berkata, ‘Ibnu Zaid berkata, ‘Firman-Nya (Dalam
kebodohan dan kelalaian), ia berkata, ‘lalai dari apa yang datang kepada mereka dan apa yang
diturunkan kepada mereka berupa perintah Alloh SWT.’ Ia kemudian membaca
firman Alloh SWT, (Hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami
kenyataan) ini) (QS Al-Mu’minun, 23: 63). Ia berkata, ‘Tidaklah engkau bisa
menyaksikan saat engkau memungut sesuatu, kemudian membenamkannya ke dalam
air?” (Tafsir At-Tabari Jilid XXI: 492-495).
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari
tafsir di atas adalah janganlah kita lalai dari apa yang telah diperintahkan
oleh Alloh SWT kepada kita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Jika kita
kaitkan dengan apa yang terkandung pada Quartil 1 dan Quartil 2 pada Al-Qur’an
maka dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat yang menjadi Quartil-quartil pada
Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menyempurnakan timbangan, takaran, atau
perhitungan kita, dan kita harus mematuhi perintah tersebut, karena jika tidak
maka Alloh SWT akan memberikan adzab kepada kita berupa bencana dan musibah.
Kemudian relasi kesimplan tersebut
dengan statistik adalah dalam menghitung data kita harus cermat dan akurat,
jangan sekali-kali lalai dalam menghitung yang dapat menyebabkan ketidak
akuratan data, dan itu termasuk ciri-ciri orang yang tidak menyempurnakan
timbangan dan takaran.
No comments:
Post a Comment