Sudah empat belas abad berlalu,
keaslian Al-Qur'an tetap terjaga. Jangankan satu surat atau pun satu ayat, satu
huruf pun tak ada yang berubah dan bisa diubah. Alloh SWT berjanji dalam
Al-Qur'an, bahwa Alloh SWT akan menjaga Al-Qur'an sampai hari kiamat. Yang
diterangkan di dalam surat Al-Hijr (15) ayat 9 :
Yang artinya :
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”
Di dalam salah
satu kitab tafsir karya Imam Al-Qurthubi terdapat satu kisah menarik yang
berhubungan dengan pemeliharaan Al-Qur’an. Yaitu kisah seorang yahudi yang
masuk islam gara-gara mencoba memalsukan Al-Qur’an.
Kisah
ini terjadi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Khalifah Al-Ma’mun adalah seorang
kepala negara yang memiliki sebuah majelis ilmu. Majelis itu tempat para alim
mendiskusikan asalah-masalah yang berkenaan dengan agama dan negara. Dalam
majelis itu terdapat pula orang-orang nonmuslim yang ikut dalam pembahasan
masalah negara.
Ketika majelis dimulai, masuklah
seorang yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan berbau wangi ke dalam
majelis tersebut. Ia ikut berbicara. Pembicaraanya sangat bagus dan gaya
bicaranya pun indah.
Ketika
majelis tersebut selesai. Khalifah Al-Ma’mun memanggilnya dan bertanya : “Apakah
kamu seorang Israil (Yahudi)?”.
Ia menjawab
: “Ya”.
Khalifah
Al-Ma’mun kemudian berkata kepadanya : “Masuklah ke dalam agama islam, agar aku
bisa berbuat sesuatu kepadamu!”
Khalifah
Al-Ma’mun menjanjikan sesuatu kepadanya. Namun orang itu menjawab : “Agamaku
adalah agama nenek moyangku.” Kemudian ia pergi.
Hidayah memang tidak bisa dibeli
dengan sesuatu apa pun. Bila ada seseorang yang masuk islam dengan harapan
mendapatkan harta atau pun yang lainya, pasti imanya tidak akan kuat dan benar.
Suatu saat, ia pasti akan kembali kepada ajaran nenek moyangnya.
Setahun kemudian, laki-laki
Yahudi itu datang lagi dalam majelis Khalifah Al-Ma’mun. Namun tak disangka, ia
telah memeluk agama islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fiqih,
terlihat dari tema pembicaraanya.
Ketika
majelis selesai Ma’mun memanggilnya dan berkata : “Bukankah kamu dulu pernah
datang?”
Ia menjawab
: “Ya, benar.”
Khalifah
Al-Ma’mun bertanya lagi : “Apakah yang menyebabkan kamu memeluk agama islam?”
Ia pun lalu
bercerita :
“Ketika
aku pergi dari hadapan mulia, aku bermaksud menguji kebenaran agama-agama.
Padahal, saat itu baginda mamandangku sebagai orang baik. Kemudian aku mencari Taurat
dan menulis tiga naskah salinanya. Aku menambahkan dan mengurangi isinya.
Kemudian aku menawarkan naskah tersebut ke biara. Mereka membeli ketiga naskah
tersebut. Orang-orang Yahudi merasa senang dengan salinan tulisanku itu.
Setelah
itu aku mengambil injil dan menulis tiga naskah salinanya. Aku manambah dan
mengurangi isinya. Lalu aku masuk ke dalam gereja dan mereka pun membeli ketiga
naskah itu. Sama seperti orang Yahudi, orang Nasrani pun senang dan tidak
curiga dengan ayat-ayat yang aku ubah itu.
Aku
kemudian mengambil Al-Qur’an dan membuat tiga salinanya. Aku menambah dan
mengurangi isinya. Kemudian aku masukan ke tempat penjual kertas, mereka
(penjual kertas yang Muslim itu) membolak-balik lembaranya. Ketika mendapatkan
ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak mau
membelinya. Dari situ aku tahu bahwa Al-Qur’an ini terjaga. Dan itulah yang
menyebabkan aku masuk islam.”
Begitulah Al-Qur’an, tidak akan
ada yang bisa menambah ataupun mengurangi ayat-ayatnya. Ia akan senantiasa
terjaga, baik dari makna maupun cara membacanya. Dan di dunia ini satu-satunya
kitab suci yang masih asli sesuai dengan teks dan maknanya ketika pertama kali
diturunkan hanyalah Al-Qur’anul Karim. Karena senantiasa akan ada orang-orang
yang menghafal dan menjaganya.
Jazakumullah khoiron kisahnya
ReplyDeleteSungguh luar biasa