Saturday, November 29, 2014

Mother Day



Hari Ibu, hari yang di khususkan untuk mengenang jasa-jasa dan mengapresiasi para ibu di seluruh dunia yang bertepatan pada tanggal 13 Mei. Namun masyarakat Indonesia merayakanya pada tanggal 22 Desember setiap tahunya.

Sebenarnya di dalam islam tidak ada pengkhususan untuk merayakan hari ibu, karena seyogyanya kita berkewajiban menghargai, menghormati, dan menyayangi beliau disetiap harinya. Namun islam mengajarkan kepada kita semua agar kita menghormati ibu-ibu kita karena derajat beliau itu lebih mulia dibandingkan derajat ayah kita. Sebagaimana sabda nabi muhammad SAW :

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah RA, belia berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”, Nabi SAW menjawab, “Ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Nabi SAW menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi,” Nabi SAW menjawab, “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Dari hadist tersebut rasululloh SAW mengatakan bahwa kita harus berbakti kepada ibu sebanyak tiga kali, dan barulah yang terakhir adalah kepada ayah kita. Hal ini sangatlah wajar jika kita tinjau dari segi pengorbanan yang ibu kita lakukan untuk kita semua.

Pengorbanan pertama ibu adalah saat beliau mengandung kita selama sembilan bulan lamanya, dimana beliau harus berhati-hati dalam beraktivitas, memilih makanan, dan menjaga kesehatan demi keselamatan bayi yang ada didalam kandungannya. Bahkan tak jarang beliau merasakan tidak nyaman dan tidak enak badan, tetapi dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang yang besar beliau tidak menghiraukan semua itu.

Pengorbanan kedua yaitu perjuangan beliau saat melahirkan kita kedunia, proses melahirkan yang sangat berat dan melelahkan, bahkan tak sedikit ibu yang meninggal demi melahirkan anaknya. Tapi beliau tanpa gentar dan takut melahirkan kita ke dunia meskipun nyawa menjadi taruhanya.

Pengorbanan yang ketiga adalah ketika beliau membesarkan kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ketika ayah sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita, sang ibulah yang selalu setia merawat kita dan terus berada disamping kita hingga dewasa.
Dan Alloh SWT juga menegaskan dalam firmanya surat Al-Ahqaf (46) ayat ke 15 :

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.

Dalam sebuah hadits juga dikatakan bahwa Ridho Alloh SWT adalah dari ridho kedua orangtua kita, dan murka Alloh SWT disebabkan oleh murka Orang tua kita.
‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al Imam Al Albani, 2.898)

Jadi jangan sekali-kali kita membuat mereka berdua marah bahkan sampai membuat keduanya tidak meridhoi kita, terutama ibu kita, karena sejatinya surga itu berada dibawah telapak kaki ibu. Seperti sabda nabi dalam hadits berikut :
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
Dan setiap perkataan yang dikatakan ibu kita adalah sebuah do’a. Terutama jika beliau mengucapkannya dengan setulus hati baik itu dalam keadaan sedih maupun bahagia karena merasa bahagia atau terdzolimi maka do’a tersebut akan langsung diijabah oleh Alloh SWT, seperti dalam beberapa kisah berikut.

Alkisah ada sebuah keluarga di Saudi Arabia yang sedang mengadakan azimah (pernikahan), saat sang ibu menyiapkan hidangan untuk menjamu para undangan tiba-tiba sang anak menumpahkan pasir diatas makanan. Karena sang ibu sudah menyiapkan hidangan tersebut dengan susah payah dan menguras cukup banyak energi, sang ibu pun marah kepada sang anak. Tapi ada hal yang menarik dalam kejadian ini. Bukan umpatan dan perkataan negatif yang di lontarkan dari lisan ibu tersebut melainkan sebuah perkataan positif. Karena sang ibu sangatlah yakin bahwa perkataan adalah do’a.
Sang ibu tersebut marah sambil berkata. “Dasar anak baik! Pergi sana ke Imam (masjidil) Haram!! Jangan pulang sebelum kau hafal Al-Quran!!!

Alloh SWT pun mencatat kata-kata ibu tersebut. Dan kemarahan ibu tersebut menjadi anugrah bagi sang anak. Bertahun-tahun kemudian sang anak menjadi seorang ulama sekaligus imam Masjidil Haram. Beliau adalah Syaikh Abdurrahman As Sudais.

Dari cerita tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa ridho orangtua terutama ibu adalah ridho Alloh SWT, dan setiap perkataanya adalah do’a. Dan begitu pula untuk orangtua terutama Ibu, harus sadar dan faham bahwa setiap perkataan yang engkau ucapkan adalah Do’a. Jadi senantiasa berkatalah dengan kata-kata yang positif, baik disaat sedang sedih, kesal, maupun marah sekalipun.

Sekian sedikit cerita dari saya dalam rangka menyambut hari ibu nasional, semoga bermanfaat dan semoga tidak hanya pada hari ibu saja kita menghargai, menyayangi, dan menspesialkan beliau namun pada hari-hari yang lainya juga.
Selamat hari Ibu ^_^
#Adjo



No comments:

Post a Comment