Hari Ibu, hari yang di
khususkan untuk mengenang jasa-jasa dan mengapresiasi para ibu di seluruh dunia
yang bertepatan pada tanggal 13 Mei. Namun masyarakat Indonesia merayakanya
pada tanggal 22 Desember setiap tahunya.
Sebenarnya di dalam islam tidak
ada pengkhususan untuk merayakan hari ibu, karena seyogyanya kita berkewajiban
menghargai, menghormati, dan menyayangi beliau disetiap harinya. Namun islam
mengajarkan kepada kita semua agar kita menghormati ibu-ibu kita karena derajat
beliau itu lebih mulia dibandingkan derajat ayah kita. Sebagaimana sabda nabi
muhammad SAW :
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ
النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ،
قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari
Abu Hurairah RA, belia berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan
berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”,
Nabi SAW menjawab, “Ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, “Kemudian
siapa lagi?” Nabi SAW menjawab, “Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali,
“Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang tersebut bertanya
kembali, “Kemudian siapa lagi,” Nabi SAW menjawab, “Kemudian ayahmu.” (HR.
Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dari
hadist tersebut rasululloh SAW mengatakan bahwa kita harus berbakti kepada ibu
sebanyak tiga kali, dan barulah yang terakhir adalah kepada ayah kita. Hal ini
sangatlah wajar jika kita tinjau dari segi pengorbanan yang ibu kita lakukan
untuk kita semua.
Pengorbanan
pertama ibu adalah saat beliau mengandung kita selama sembilan bulan lamanya,
dimana beliau harus berhati-hati dalam beraktivitas, memilih makanan, dan
menjaga kesehatan demi keselamatan bayi yang ada didalam kandungannya. Bahkan
tak jarang beliau merasakan tidak nyaman dan tidak enak badan, tetapi dengan
penuh kesabaran dan rasa kasih sayang yang besar beliau tidak menghiraukan
semua itu.
Pengorbanan
kedua yaitu perjuangan beliau saat melahirkan kita kedunia, proses melahirkan
yang sangat berat dan melelahkan, bahkan tak sedikit ibu yang meninggal demi
melahirkan anaknya. Tapi beliau tanpa gentar dan takut melahirkan kita ke dunia
meskipun nyawa menjadi taruhanya.
Pengorbanan
yang ketiga adalah ketika beliau membesarkan kita dengan penuh cinta dan kasih
sayang. Ketika ayah sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita, sang
ibulah yang selalu setia merawat kita dan terus berada disamping kita hingga
dewasa.
Dan
Alloh SWT juga menegaskan dalam firmanya surat Al-Ahqaf (46) ayat ke 15 :
حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
“Ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.
Dalam
sebuah hadits juga dikatakan bahwa Ridho Alloh SWT adalah dari ridho kedua
orangtua kita, dan murka Alloh SWT disebabkan oleh murka Orang tua kita.
‘Umar
menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR.
Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al
Imam Al Albani, 2.898)
Jadi jangan sekali-kali kita
membuat mereka berdua marah bahkan sampai membuat keduanya tidak meridhoi kita,
terutama ibu kita, karena sejatinya surga itu berada dibawah telapak kaki ibu. Seperti
sabda nabi dalam hadits berikut :
عَنْ
مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ
أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari
Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi
saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku
datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih
mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau
tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua
kakinya.”
Dan
setiap perkataan yang dikatakan ibu kita adalah sebuah do’a. Terutama jika
beliau mengucapkannya dengan setulus hati baik itu dalam keadaan sedih maupun
bahagia karena merasa bahagia atau terdzolimi maka do’a tersebut akan langsung
diijabah oleh Alloh SWT, seperti dalam beberapa kisah berikut.
Alkisah ada sebuah keluarga di
Saudi Arabia yang sedang mengadakan azimah (pernikahan), saat sang ibu
menyiapkan hidangan untuk menjamu para undangan tiba-tiba sang anak menumpahkan
pasir diatas makanan. Karena sang ibu sudah menyiapkan hidangan tersebut dengan
susah payah dan menguras cukup banyak energi, sang ibu pun marah kepada sang
anak. Tapi ada hal yang menarik dalam kejadian ini. Bukan umpatan dan perkataan
negatif yang di lontarkan dari lisan ibu tersebut melainkan sebuah perkataan
positif. Karena sang ibu sangatlah yakin bahwa perkataan adalah do’a.
Sang
ibu tersebut marah sambil berkata. “Dasar anak baik! Pergi sana ke Imam
(masjidil) Haram!! Jangan pulang sebelum kau hafal Al-Quran!!!
Alloh
SWT pun mencatat kata-kata ibu tersebut. Dan kemarahan ibu tersebut menjadi
anugrah bagi sang anak. Bertahun-tahun kemudian sang anak menjadi seorang ulama
sekaligus imam Masjidil Haram. Beliau adalah Syaikh Abdurrahman As Sudais.
Dari cerita tersebut kita dapat
mengambil hikmah bahwa ridho orangtua terutama ibu adalah ridho Alloh SWT, dan setiap
perkataanya adalah do’a. Dan begitu pula untuk orangtua terutama Ibu, harus sadar
dan faham bahwa setiap perkataan yang engkau ucapkan adalah Do’a. Jadi
senantiasa berkatalah dengan kata-kata yang positif, baik disaat sedang sedih,
kesal, maupun marah sekalipun.
Sekian sedikit cerita dari saya
dalam rangka menyambut hari ibu nasional, semoga bermanfaat dan semoga tidak
hanya pada hari ibu saja kita menghargai, menyayangi, dan menspesialkan beliau
namun pada hari-hari yang lainya juga.
Selamat
hari Ibu ^_^
#Adjo
No comments:
Post a Comment