Wednesday, April 8, 2015

Statistika didalam Al-Qur'an



Ternyata ayat Al-Qur'an bukan 6.666 seperti apa yang diajarkan guru-guru kita ketika kecil dahulu. Setelah melakukan perhitungan diketahui jumlah ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an sebanyak 6236, dari jumlah ayat tersebut maka didapatlah :

 
Ayat ke 3118 dan 3119 di dalam Al-Qura’an adalah surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187. Setelah mengetahui surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187 sebagai mean (quartil 2) dalam Al-Qur’an, selanjutnya kita dapat menentukan ayat yang menjadi quartil 1 dan quartil 3.


Ayat ke 1559 dan 1560 di dalam Al-Qura’an adalah surat Hud ayat 86 dan 87


Ayat ke 4677 dan 4678 di dalam Al-Qura’an adalah surat Adz-Dzaariyaat ayat 2 dan 3

Surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187 sebagai mean (quartil 2) dari Al-Qur’an. Setelah kita mengetahui ayat yang menjadi mean pada Al-Qur’an, selanjutnya kita dapat menentukan ayat yang menjadi quartil 1 dan quartil 3.

A.    Quartil 1 dalam Al-Qur’an

Surat Hud ayat 86 dan 87 sebagai quartil 1 terdapat dalam satu bab (kisah pembahasan) yang sama, diawali dari ayat 84 hingga ayat 88 sebagai berikut:

84 Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)".
85 Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
86 Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu"
87 Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal".
88 Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.

Menurut At-Tabari ayat ini masih berkenaan dengan beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kisah nabi Alloh SWT. Kisah Nabi Syu’aib dan kaum Madyan adalah kisah keenam yang diceritakan pada surat ini. Kaum Madyan adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di suatu daerah bernama Ma’an, di pinggir negri Syam. Mereka terdiri atas orang-orang musyrik. Prilaku hidup mereka sudah mentimpang dari ajaran para nabi sebelum Nabi Syu’aib. Kecurangan danlam perdagangan sudah dianggap sebagai perilaku yang lumrah dan rutin. Selanjutnya Alloh SWT mengutus Nabi Syu’aib kepada kaum Madyan. Kata Nabi Syu’aib, “Hai kaumku, sembahlah Alloh SWT, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang mampu dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari kiamat.” (Tafsir At-Tabari, jilid XII, 2001 : 537-540).

Dari tafsir At-Tabari maka dapat ditarik kesimpulan tentang intisari dari ayat tersebut sebagai quartil 1 dalam Al-Qur’an bahwa kita harus menyembah Alloh SWT sebagai satu-satunya Tuhan semesta alam, selanjutnya kita dilarang mengurangi takaran dan timbangan (ukuran).

B.    Quartil 2 (median) dalam Al-Qur’an

Surat Asy-Syu'araa' ayat 186 dan 187 sebagai median (quartil 2) terdapat dalam satu bab (kisah pembahasan) yang sama, diawali dari ayat 183 hingga ayat 191 sebagai berikut:

183 Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan;
182 dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
183 Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
184 dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu".
185 Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,
186  dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.
187 Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.
188 Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan".
189 Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.
190  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
191 Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

Menurut At-Tabari pada rangkaian ayat tersebut Alloh SWT menyajikan kisah tentang Syu’aib bersama kaumnya, penduduk Madyan. Alloh SWT telah mengutsnya kepada mereka, lalu dia menasehati mereka agar menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak mengadapkan kerusakan di muka Bumi, namun mereka mendustakannya. Maka, Alloh SWT menimpakan panas yang sangat kepada mereka, lalu mereka memasuki lubang-lubang, tetapi suhu di situ lebih panas dibandingkan di tempat-tempat lainnya, lalu mereka keluar. Kemudian Alloh SWT memayungkan awan kepada mereka, lalu mereka berkumpul di bawahnya. Ketika itu Alloh SWT menghujani mereka dengan api, sehingga mereka terbakar semua. Pada ayat ini dijelaskan larangan Syu’aib kepada mereka agar tidak merugikan segala hak umum, juga larangan melakukan kejahatan yang bahayanya sangat besar, yaitu mengadakan kerusakan di muka Bumi dengan segala bentuk (Tafsir At-Tabari, jilid XVIII, 2001 : 634).

Intisari dari Tafsir diatas menceritakan kisah tentang Nabi Syu’aib AS. yang mengajak kaumnya untuk menyempurnakan takaran, tidak merugikan sesama manusia terutama berbuat kerusakan dan bertakwa kepada Alloh SWT.

Relasi yang terbentuk antara Quartil 1 dan Quartil 2 (Median) adalah sama-sama menceritakan tentang kisah Nabi Syu’aib AS. yang mengajak kaumnya untuk menyembah Alloh SWT, menyempurnakan takaran dan timbangan, serta larangan untuk berbuat kejahatan dan kerusakan di atas Bumi.

C.    Quartil 2 (median) dalam Al-Qur’an

Kemudian ayat yang menjadi quartil 3 dalam Al-Qur’an yakni surat Adz-Dzaariyaat ayat 2 dan 3, yang terdapat pada satu bab (kisah pembahasan) yang sama, diawali dari ayat 1 hingga ayat 23 sebagai berikut:

1     Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.
2     dan awan yang mengandung hujan,
3     dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
4     dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,
5     sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
6     dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.
7     Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,
8     sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda pendapat,
9     dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al-Quran) orang yang dipalingkan.
10    Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta,
11    (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai,
12    mereka bertanya: "Bilakah hari pembalasan itu?"
13    (Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka.
14    (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan".
15    Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air,
16    sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
17    Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.
18    Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.
19    Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
20    Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
21    dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
22    Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.
23    Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.

Menurut At-Tabari Firman-Nya “(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan dan kelalaian”. Alloh SWT menegaskan kepada orang-orang yang larut dalam kesesatan sehingga mereka terus-menerus membangkang terhadap kebenaran diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Alloh SWT hingga membuat mereka lalai dan alpa dari kebenaran tersebut.
Yunus meriwayatkan, ia berkata, “Ibnu Wahab meriwayatkan, ia berkata, ‘Ibnu Zaid berkata, ‘Firman-Nya (Dalam kebodohan dan kelalaian), ia berkata, ‘lalai dari apa yang datang kepada mereka dan apa yang diturunkan kepada mereka berupa perintah Alloh SWT.’ Ia kemudian membaca firman Alloh SWT, (Hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini) (QS Al-Mu’minun, 23: 63). Ia berkata, ‘Tidaklah engkau bisa menyaksikan saat engkau memungut sesuatu, kemudian membenamkannya ke dalam air?” (Tafsir At-Tabari Jilid XXI: 492-495).

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari tafsir di atas adalah janganlah kita lalai dari apa yang telah diperintahkan oleh Alloh SWT kepada kita yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Jika kita kaitkan dengan apa yang terkandung pada Quartil 1 dan Quartil 2 pada Al-Qur’an maka dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat yang menjadi Quartil-quartil pada Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menyempurnakan timbangan, takaran, atau perhitungan kita, dan kita harus mematuhi perintah tersebut, karena jika tidak maka Alloh SWT akan memberikan adzab kepada kita berupa bencana dan musibah.

Kemudian relasi kesimplan tersebut dengan statistik adalah dalam menghitung data kita harus cermat dan akurat, jangan sekali-kali lalai dalam menghitung yang dapat menyebabkan ketidak akuratan data, dan itu termasuk ciri-ciri orang yang tidak menyempurnakan timbangan dan takaran.

No comments:

Post a Comment